Menuju Rumah Tanpa Riba

        Hujan kembali turun dengan deras, membuat genangan di halaman rumah. Pada suasana seperti ini tentu hal yang sangat nyaman, tenteram dan membahagiakan adalah berkumpul bersama keluarga, bercengkerama penuh keakraban dan kehangatan, berteman secangkir kopi atau teh hangat, ditambah cemilan, semisal gorengan. Atau, semangkuk mie berkuah panas plus sambal. Hemm ... akan nikmat sekali pastinya. 

       Bercengkerama, bercanda, ngobrol apa saja bersama orang-orang tercinta akan menambah kedekatan satu sama lain, melengkapi perhatian dan kasih sayang yang dibutuhkan. Kemeriahan canda tawa dan berbagi cerita akan meriuhkan suasana sebuah rumah yang bernama keluarga. Bersyukurlah bagi yang memiliki keluarga yang utuh dan bahagia. Rumah akan menjadi sebuah tempat berteduh paling menyenangkan. Tempat berbagi keluh, mengurai masalah, memberi solusi secara utuh, juga sebagai tempat peristirahatan paling nyaman. Tempat menyepi dari segala kegaduhan kehidupan.          Namun, masih banyak di luar sana, yang hidup kekurangan, entah kekurangan jumlah anggota keluarga, atau kekurangan dalam pemenuhan kebutuhan. Alih-alih punya rumah megah, untuk keperluan makan saja masih terengah-engah. 

       Namun faktanya, masih banyak pula yang harus berpindah-pindah rumah, menjelajah dari kontrakan satu ke kontrakan lainnya. Masih lebih beruntung yang memiliki bagian dari warisan orang tuanya. 

       Rumah memang salah satu dari tiga kebutuhan primer yang paling mendasar setelah pangan dan sandang. Bisa dibayangkan bagaimanakah nasib orang-orang yang tidak memiliki rumah? 

       Bagi orang yang banyak uang, membeli rumah bukanlah masalah. Ia bisa membeli dengan mudah. Namun bagi kalangan bawah yang untuk makan saja susah, pastilah membeli rumah adalah sebuah impian yang "entah". Entah kapannya, entah dari mana uangnya. Namun tak perlu berkecil hati. Apa pun keadaan saat ini, tetaplah wajib disyukuri, semoga kelak bisa memiliki rumah sendiri. 

       Berbicara tentang rumah, ada kaitannya dengan buku yang sedang saya gandrungi saat ini, berjudul Menuju Rumah Tanpa Riba" karya Kak Sakifah, S. EI. ME. Beliau adalah salah seorang narasumber/ pemateri kepenulisan nonfiksi beberapa hari yang lalu. Menyimak judul buku tersebut, saya jadi tertarik untuk memilikinya. 

       Dari judul yang tertera, saya menangkap tiga makna menurut penafsiran saya, yaitu :

1. Cara memiliki rumah tanpa melalui proses yang mengandung riba. 

2. Cara menciptakan rumah yang terbebas dari kegiatan riba. 

3. Menuju ke suatu tempat pulang dengan rejeki yang jauh dari riba. 

Ketiga perspektif inilah yang membuat rasa penasaran dan keinginan saya untuk menguak kejelasan yang sesungguhnya, sehingga setelah memiliki dan membaca buku tersebut, saya berharap suatu saat bisa mewujudkan langkah menuju rumah tanpa riba, memiliki rumah tidak dengan jalan riba. Aamiin ... YRA


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ini Tugasku, Mana Tugasmu?

Kunci

Harap yang Masih Tersemat