Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2022

Hanya Ilusi

Malam ini, entah ada apa dengan hatiku. Aku merasa kewalahan membendung buncahan rindu padamu, pada setiap waktu yang mengantarkan detik-detik menuju pertemuan denganmu kala itu.  Terlalu berat bagiku memikul beban ini seorang diri, tanpa tahu harus bagaimana aku menyimpan ke dalam laci kalbu yang tersembunyi.  Kunamai engkau dengan candu, padahal racunmu pernah hampir mematikan logikaku, membekukan kewarasan nuraniku.  Aku tak mengerti mengapa ini bisa terjadi, setelah sekian lama peristiwa itu berlalu.  Aku sadar, madu yang kaubawa hanyalah manis yang palsu, tapi mengapa tetap saja melumpuhkan kekukuhanku hingga aku pernah sampai pada level sangat tak peduli bahwa sejatinya yang begitu adalah tabu.  Ya ... aku memang rindu. Rindu pada sosok semu yang aku pernah bermimpi akan menjadi partner jiwaku.  Barangkali ... terlalu besar rasa yang kuhadirkan, memenuhi seluruh lorong atmaku. Barangkali terlalu dalam aku menghunjamkan rasa di dasar sukma, atau ...barangkali terlalu terkejutnya a

Garis Waktu

Telah beberapa lama aku meniti jalan ini Sepanjang garis waktu yang kulalui Dalam bentang kenang yang tak mungkin hilang Meski tertumpuk ribuan bayang Selamanya, hikayat itu tetap kan ada Bersama terbit tenggelamnya bagaskara Melukis siluet di perbatasan senja Menuang rasa dari dalam atma Bila ingin kautemukan makna Maka carilah dalam lembaran di balik lentera Saat gulita mengitarinya.  Di sana akan tetap ada namaku Setia mengeja setiap aksara Yang melingkar bak cincin berhias permata Kemilau biru Netraku barangkali tak begitu awas Mengemas simpul-simpul berulir emas Yang berada di tepian samudera luas Aku tak kan menjerat namamu Pada bingkai semesta tak bertepi Karna aku tahu Aku tak berhak memiliki saat ini Dan aku pun sadar Lama kelamaan semuanya kan pudar Tertelan temaram zaman Tertiup angin yang berhembus pelan          

Kunci

Lengang. Itu yang setiap hari didekap Aina.  Asing. Itu pula yang setiap waktu dirasakannya. Ia tak tahu harus berbuat apa untuk mengelabuhi kesunyiannya. Stagnan. Betul-betul ia sedang berada di dalam fase maju tak hendak, mundur pun tidak. Diam di tempat, tak bergerak. Ia bagai sedang berada pada ruang kosong yang hampa, tanpa udara dan suara. Sesak di dalam, tapi enggan keluar. Riuh sendirian dengan percakapan batin, bercanda dengan jiwa, dan tak lama kemudian berbicara dengan air mata.  Tidur ibarat mimpi. Mata terpejam namun sukma berkeliaran. Singgah ke beberapa tempat, mengawasi gerak-gerik orang-orang yang pernah atau pun belum sama sekali dijumpai. Ia menjauh dari segala hiruk pikuk perhelatan yang meriuhkan dunia. Menidurkan diri adalah pelarian favourite untuk menimbun rasa, melupakan semua yang telah ia lakukan. Hingar bingar kaum hedon tak lagi menarik perhatian, kesibukan manusia berpamer diri yang wara-wiri tak ia komentari. Membisu dan menuli, lebih tepatnya itu yang se

Jeda Sebuah Rasa

Pelangi, senja dan  hujan pernah indah pada masanya. Namun siang itu, Nina sedang tak berhasrat merangkai aksara, apalagi melengkapi dengan tanda baca, titik dan koma. Semua intonasi rasanya sama saja. Tanda seru dan tanda tanya tak ada bedanya pada pendengaran Nina. Datar, dan tak berjeda. Dialog yang tak perlu diapit tanda kutip. Polos, seakan dibiarkan lepas, bebas.  Entah siang itu, siang yang ke berapa ia menerima ucapan salam dari Trista. Tak seperti biasa, seusai menjawab salam, Nina diam seribu bahasa, tak mengucapkan lanjutan kata-kata, apalagi bertanya. Hari itu ia sudah betul - betul jengah. Ia hanya ingin menetralisir perasaan yang selama ini sudah begitu dalam menggerogoti hatinya.  Beribu rasa yang pernah bersemayam sebetulnya sama dengan yang dimiliki sebagian besar orang. Sedih, suka, duka, gembira, sakit dan terluka, iri, cemburu, gundah, kecewa, rindu, benci dan cinta. Bukankah setiap orang pernah merasakannya? Bahkan bosan dan hampir putus asa juga? Lantas, apa yang

Sekelumit Cerita

Hai, apa kabar? Sudah beberapa purnama aku tak pernah menyapa di sini. Terlalu sibuk memikirkan diri sendiri. Hehe ...  Sedikit lupa entah mau menulis lagi dari mana dan bagaimana, tentang apa? Rasanya selama ini aku tak banyak berbuat apa-apa, hanya nyampah ke mana-mana. Terlalu banyak yang ingin diperbuat, namun raga tak sejiwa. Terlalu banyak hasrat yang ingin diembat, namun semua hanya berkubang dalam angan yang tersesat. Ingin berlari dan melangkah pasti, lagi-lagi energi tak mau mengimbangi. Ah, beginikah aku? Tak bisa seperti dulu, yang selalu punya semangat yang menggebu, lalu berambisi untuk selalu berpacu dengan waktu, hingga kadang lupa akan raga yang hanya satu.  Baiklah, mungkin malam ini aku hanya mau sedikit berkabar, tentang kehebohan si Kecil tadi pagi, saat ibunya terlelap sebelum tengah hari.  Pagi menjelang siang itu, si Kecil sedang asyik bermain. Mendadak ia masuk rumah sambil berteriak-teriak heboh, "Buk ... Ibuk! " Aku pun kaget sehingga terbangun dari