Takdir yang Unik

   Siang itu, mendadak mendung bergelayut. Asri baru saja selesai dari rutinitas paginya. Menyapu, memasak, mencuci dan menjemur baju. Sebagai seorang ibu rumah tangga, sebisa mungkin Asri melakukan pekerjaan rumahnya dengan baik, semampunya. Apa yang bisa ia lakukan, sementara hanya itu. 

       Tak seperti biasa, ia tiba-tiba merasakan kepalanya pusing dan berputar. Bergegas ia masuk kamar, merebahkan badan, untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan,  seperti pingsan. Asri memang memiliki tekanan darah rendah, sehingga sudah cukup paham apa yang harus dilakukan bila keadaan seperti itu menyerang. 

       Sedari pagi memang Asri belum sempat sarapan, sebab memang begitulah kebiasaan Asri jika sudah berkutat dengan pekerjaan. Namun itu semua dilakukan Asri dengan ikhlas dan senang hati. Ia jarang mengeluh. Bahkan ketika sakit pun, ia lebih sering diam, kecuali memang sudah terpaksa tak tahan. Sejak kecil ia sudah terbiasa memendam kesakitan seorang diri.  Kehidupannya sebagai anak orang miskin yang pas-pasan dalam keprihatinan sudah menjadi makanan sehari-hari. 

       Di tengah pergulatannya menahan pusing yang menghampirinya, terdengar suara tetangga mengetuk pintu, "Assalaamu'alaikum ... Mbak Asri. "

"Wa'alaikumussalaam ... masuk saja Bu, Asri di sini, " jawab Asri. 

Bu Rini pun masuk. Mencari keberadaan Asri, yang belakangan diketahui di dalam kamar. 

"Mbak Asri sakit ya? "

"Cuma sedikit pusing Bu. Kok Bu Rini tahu kalau saya sakit? " tanya Asri. 

"Iya, tadi Mas Pram yang bilang kalau Mbak Asri sakit hingga dia menyuruhku menjenguk. " Bu Rini pun memberikan jawaban. 

"Ooo ..., " Asri merasa sedikit tak enak. Mas Pram yang disebutkan adalah suami Bu Rini. Namun Bu Rini belum tahu kalau sejatinya, Mas Pram adalah seorang yang pernah punya rasa cinta kepada Asri, pada saat mudanya. Sebetulnya Asri pun punya perasaan yang sama, namun mereka tak berani mengungkapkannya, karena masih terlalu belia. 

       Sepanjang dijenguk Bu Rini, Asri hanya banyak diam, namun sesekali juga menampakkan tawanya untuk 'nglegani" orang yang sudah tulus menjenguknya. 

"Ya sudah mbak Asri, semoga cepat sembuh ya, buat istirahat dulu, jangan dipaksa. Saya pamit pulang, mau pergi belanja. " kata Bu Rini seraya beranjak pulang. 

"Baiklah Bu Rini, terima kasih sudah dijenguk, maaf sudah merepotkan, " jawab Asri sambil tersenyum. 

Sepulangnya Bu Rini, Asri hanya tak habis pikir, mengapa orang yang selama ini telah hilang dari ingatan, mendadak dipertemukan kembali oleh takdir Tuhan, jadi tetangga pula. Namun begitulah kalau Alloh sudah berkehendak mempertemukan kedua hamba-Nya, meskipun sudah lama hilang. Itulah skenario kehidupan yang telah digariskan. 


#ODOP9#

#One Day One Post#

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ini Tugasku, Mana Tugasmu?

Kunci

Harap yang Masih Tersemat