Vita dan Misteri Tetangga Sebelah (5)

Sejak meninggalnya Bu Marsih, otomatis Pak Tarji mengasuh Vita sebagai single parent, sebagai ayah sekaligus ibu. Meskipun demikian,di rumah itu juga ada Dion yang membantu menyiapkan keperluan sehari-hari. Hal ini dijalaninya selama bertahun-tahun dengan hidup menduda. 

Kurang lebih lima belas tahun berlalu, akhirnya timbullah keinginan Pak Tarji untuk mencari istri lagi. Ia berniat menikah untuk yang kedua kali. Isah, adalah wanita yang dipilih untuk menjadi istri keduanya. Pak Tarji mengenalnya saat Isah masih bekerja sebagai asisten rumah tangga Pak Kirno, tetangga seberang jalan tempat kerja Pak Tarji. Waktu itu Pak Tarji masih menyewa sebuah kios milik Bu Ridwan untuk menjalani pekerjaannya. 

Isah, seorang janda tanpa anak, wanita yang cukup tekun beribadah. Perawakannya tak bisa dibilang tinggi, namun gempal berisi. Ia seorang wanita yang rajin, pandai memasak, pandai mengaji. Sebetulnya orangnya ramah dan mudah bergaul. Hanya saja sedikit  keburukan sifatnya yaitu suka menggunjing tetangga ke sana kemari. Suka pedas dalam berbicara, gemar mencela apa yang tidak disukainya dari orang lain tanpa kompromi. 

Dion tidak begitu suka kepadanya namun sebagai bakti kepada orang tuanya, ia tetap menghormati ibu tirinya. Akan tetapi ia punya prinsip yang bertolak belakang dengannya. Barangkali inilah salah satu penyebab mereka kurang sedikit akur. 

Sebelum Isah menikah dengan Pak Tarji, Dini telah lebih dulu menikah, dan dikarunia seorang balita putri yang sangat cantik. Perkiraan Dini, dengan hadirnya sang cucu, bisa menjadi penghibur ayahnya sehingga diharapkan penyakitnya tak kambuh kembali. 

***

Sebagai istri kedua Pak Tarji, Bu Isah tetap bertanggung jawab kepada anak-anak tirinya. Ia melayani seluruh kebutuhan keluarga Pak Tarji dengan baik. 

Pada suatu ketika terjadi sedikit permasalahan kecil atau lebih tepatnya kesalahpahaman antara Dion dan Bu Isah, ibu tirinya, yang tidak bisa ditolerir. 

Hal ini berakibat perang dingin di antara mereka, tak saling bertegur sapa. 

Suatu siang, Vita melakukan sedikit kesalahan, tidak menaruh pakaian kotor pada tempatnya. Hal ini menimbulkan kekesalan Bu Isah. Dengan suara pedas, Bu Isah menegurnya " Vit, kalau taruh pakaian itu yang benar, jangan sembarangan! Anak sudah besar kok tak tahu aturan. Dipakai dong otaknya! "

Vita kaget. Raut wajahnya menunjukkan kekecewaan.  Mukanya merah padam tapi tak berani melawan. Sejak itulah ia menjadi pendiam, padahal hari-hari sebelumnya ia dikenal sebagai seorang gadis yang cukup periang. 

Mengetahui perubahan yang terjadi pada adiknya, Dion mencoba bertanya, " Vit, kamu kenapa kok aku lihat beberapa hari ini kamu mengurung diri di kamar terus? Gak mau makan pula. Vita tak mau menjawab. 

Kembali Dion berkata, "Ayolah Vit, keluarlah! Jangan murung begitu!" Vita membuka pintu. Namun bukannya mau keluar, melainkan ia malah mendorong tubuh kakaknya dan mengusirnya. 

" Pergiii ! " Jangan pernah mendekatiku! " bentak Vita. 

Dion bingung. Ia heran mengapa Vita bersikap seperti itu. Ia berusaha mencari tahu, bertanya kepada Yeni, adiknya yang satu lagi. 

Dari Yeni, Dion baru tahu bahwa siang sebelumnya Vita ditegur oleh Bu Isah. 

Emosi Dion memuncak. Dion mencari Bu Isah dan perang mulut pun tak terhindarkan. 

Pak Tarji berusaha melerai mereka. Karena rasa hormat Dion pada ayahnya, Dion menghentikan pertengkarannya dengan bu Isah secara terpaksa. 

***

Malam hari, saat seisi rumah sudah terlelap tidur, pelan-pelan Vita membuka pintu kamar, selanjutnya membuka pintu rumah. Ia keluar, dan pergi tanpa tujuan. Sekitar satu jam berjalan, ia menemukan poskamling di pojokan jalan sebuah kampung. Karena lelah, ia beristirahat di situ hingga tertidur. 

Malam semakin larut. Hanya suara jangkrik dan hewan malam yang ramai terdengar. Dari kejauhan terdengar lolongan anjing dengan suara mengerikan. Dari kejauhan terlihat seorang lelaki mencurigakan. Dia memakai sarung yang dikalungkan, berpenutup muka mengendap-endap mendekati Vita. Vita tak menyadarinya karena saking lelapnya. Tanpa sepengetahuan siapa pun, laki-laki itu membopong Vita untuk dibawa pulang ke rumahnya. 

Rumahnya, atau lebih tepatnya gubug, berada di pinggiran sebuah kampung yang berbatasan dengan sungai. Dindingnya terbuat dari bambu beratap jerami. Laki-laki itu tinggal seorang diri. 

Apakah yang akan dilakukan oleh laki-laki tersebut terhadap Vita? 

 (Bersambung ) 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ini Tugasku, Mana Tugasmu?

Kunci

Harap yang Masih Tersemat