Harap yang Masih Tersemat

Siang, awan hitam menggantung di langit, mengabarkan bahwa sebentar lagi akan turun hujan. Bagi sebagian orang, hujan adalah sebuah kabar gembira, meski ada juga yang berduka karenanya. Sebagian lain menyambut dengan suka cita, segelintir lainnya memilih memendam rasa. Ada pula yang biasa saja, layaknya rutinitas musim yang kadang mengajak bercanda. 

Apapun itu, turunnya hujan wajib disyukuri. Menikmatinya dengan beragam situasi, tak terkecuali bagi siapa saja. Jangan kautanyakan bagaimana aku menyikapi hujan kali ini. Aku pernah menyambutnya penuh euforia, pun pernah pula mengkamuflasenya dengan air mata. Semua yang pernah kujalani, kurefleksi kembali. Meniti lamanya waktu setiap kucur rintiknya, memilah hikmah pada setiap gemericik yang ditimbulkannya, untuk akhirnya mencerna untaian makna suratan takdir dari Sang Maha Kuasa. Gamang, seringkali berkelindan, bimbang pun acap kali bertandang. Tapi bukankah rahmat Tuhan akan tetap tercurah untuk hamba-Nya? Maka, putus asa bukanlah cara bijaksana. 

Aku tidak sedang putus asa, meskipun jiwa kadang merasa hampa. Menyadari bahwa aku hanya insan tak berdaya tanpa  kekuatan-Nya. Aku bergeming dalam doa, meluruhkan ke-ego-an di dalam dada, sembari memahat harap, agar sejengkal masa yang masih tersisa, kelak hanya berisi berlapis kebaikan, dan keberkahan yang senantiasa menyertainya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ini Tugasku, Mana Tugasmu?

Kunci