Opini Cerpen "Dari Gunuang Omeh ke Jalan Lain di Moskow, Menuju Hukuman Mati di Kediri

Tak terasa, masa oprek ODOP 9 sudah memasuki pekan ke-4. Pada pekan ini, tugas tantangan yang harus dikerjakan adalah menuliskan opini terhadap salah satu dari dua cerpen yang harus dipilih. Dan kali ini saya lebih memilih cerpen pertama yang berjudul "Dari Gunuang Omeh ke Jalan Lain di Moskow, Menuju Hukuman Mati di Kediri", karya Heru Sang Amurwabumi. Cerpen tersebut bisa dibaca juga pada alamat : https://www.ngodop.com/2021/08/dari-gunuang-omeh-ke-jalan-lain-di.html?m=1

Seingat saya, ini adalah cerpen pertama dengan tema sejarah dan perjuangan yang saya baca, sekaligus kesempatan pertama saya untuk belajar menulis opini.

Kesan pertama yang saya ungkapkan adalah ini cerpen yang sangat luar biasa keren, ajib sungguh ajib. Amazing, istilah lainnya kalau boleh dibilang, bukan saja tentang isinya, sistematika alur / plotnya, melainkan juga tentang pesan tersirat yang terkandung di dalamnya.

Cerita sejarah yang dikemas dalam cerpen yang sangat apik. Awalnya saya mengira ini adalah cerpen biasa, yang mengambil tema seperti pada umumnya, namun ternyata sungguh di luar dugaan saya, ini bukan cerita fiksi. Kita bisa meresapi bagaimana kita sebagai pembaca bisa ikut terkoyak perasaannya. Antara miris, khawatir, sedih, dan prihatin menghadapi fakta sejarah yang sedemikian mencengangkan.

Untuk bisa menulis cerpen sejenis ini saya yakin Sang Penulis memiliki pengetahuan dan pemahaman sejarah yang sangat baik. Dari situ pula, secara tidak langsung Penulis juga ingin mengajak pembaca untuk kembali menelusur, mengingat dan belajar kembali tentang sejarah. Sebagai contoh misalnya, secara tidak langsung pembaca diajak untuk menelusuri bagaimana dan siapa tokoh pejuang yang dianggap berkhianat tersebut.

Meskipun di dalam cerpen tersebut nama tokoh tidak disebutkan secara jelas, namun ada sebuah titik terang yang bisa dijadikan petunjuk bagi pembaca bahwa tokoh itu ada dan nyata. Sebagaimana saya pun akhirnya bisa mengenali tokoh yang dimaksud.

Usai membaca cerpen di atas, saya tergerak untuk segera menguak rasa penasaran saya, siapakah sebenarnya tokoh di balik cerita terkait. Salah satu titik kunci yang bisa dijadikan acuan untuk mengetahui tokoh yang sebenarnya, terdapat pada judul sebuah buku yang disebutkan yakni "Tanah Orang Miskin".

Bagi orang yang suka dan paham sejarah, bisa dipastikan dia bisa langsung menebak siapa tokoh sesungguhnya, tanpa memerlukan waktu yang lama. Tetapi bagi orang yang pengetahuan tentang sejarahnya masih kurang, apalagi pemahamannya (termasuk saya ), tentu ini menjadi pertanyaan besar, yang bisa jadi memerlukan waktu tersendiri ( untuk googling ) sebagaimana yang saya lakukan,  melalui salah satu titik kunci di atas.

Dari cerita di atas kita juga bisa ikut merasakan apa dan bagaimana perasaan sang tokoh, baik sebagai pelaku maupun korban. Sebagai salah satu pelaku sejarah yang berada dalam sebuah dilema untuk menentukan sebuah keputusan dalam waktu yang singkat, terkait dengan tugas yang diemban. Harus taat kepada Pimpinan atau berpihak pada rasa kemanusiaan.

Sekali lagi, membaca cerpen ini, mau tak mau kita diajak untuk membaca dan  belajar kembali tentang sejarah, agar lebih paham bagaimana hal yang sebenarnya. Kita juga diajak belajar tentang arti perjuangan, komitmen dan loyalitas, tanpa harus mengabaikan rasa kemanusiaan, punya prinsip yang kuat. Pesan terakhir dari cerpen ini yang bisa saya tangkap adalah pentingnya meningkatkan kewaspadaan dan mawas diri.

Tak kalah besar rasa penasaran saya selanjutnya, saat mendapati ending dari cerita tadi. Sepemahaman saya, tampak di situ ada sedikit penyesalan dan kebimbangan, mengapa harus berakhir tanpa kepastian yang jelas, bagaimana sesungguhnya apakah si korban adalah pengkhianat atau bukan. Kita juga bertanya ke mana sebetulnya sang pelaku ini pergi, sehingga membuat pembaca penasaran dan menebak-nebak.

Demikian opini yang bisa saya tuliskan, barangkali terdapat hal-hal yang masih salah, tidak sesuai dan tidak berkenan, mohon kiranya untuk bisa dimaafkan karena juga ini tulisan opini perdana saya.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ini Tugasku, Mana Tugasmu?

Kunci

Harap yang Masih Tersemat