Belajar Ikhlas
"Usia kita sudah semakin tua. Kalau aku sayang kamu, berarti aku harus selamatkan akhiratmu. " "Dahlah gak usah dipikirkan kata-kata itu. Sudah masanya kita pikirkan alam yang akan datang. Kita tetap bersaudara. " Kalimat-kalimat itu masih saja terngiang di telinga Dita. Ada pertarungan rasa yang berkecamuk memenuhi dadanya. Antara bersyukur, senang dan juga sedih. Bersyukur karena kalimat yang menyiratkan perpisahan itu menuju kebaikan. Senang karena Fatan masih mau bersaudara. Namun juga sedih karena berarti antara mereka harus melepaskan segala rasa yang selama ini telah mereka rangkum bersama. Apa boleh buat. Barangkali memang harus seperti itu kehendak takdir untuk kembali memisahkan mereka, bukan hanya dengan jarak, tetapi juga dengan rasa. Berat? Jelas. Bagi Dita, untuk melupakan dan membuang semua yang telah mereka rangkai tak semudah membalikkan kedua telapak tangan. Dia harus kembali berjuang dan terus berjuang dengan keras. Liku-liku luka dan jatuh bang...